Proses rekrutmen memang selalu menjadi sebuah tahap yang harus dipenuhi kehati-hatian. Hal ini dikarenakan rekrutmen merupakan gerbang awal bagi perusahaan untuk mengenal dan mencari kandidat manakah yang berkualitas dan memenuhi syarat untuk bergabung menempati kekosongan posisi. Itulah sebabnya ada banyak sekali strategi rekrutmen yang dilakukan oleh perusahaan hanya untuk mencari kandidat yang benar-benar tepat. Salah satunya dengan memberikan sebuah pre-employment test kepada kandidat.
Pre-employment test adalah sebuah assessment yang diberikan perusahaan untuk mengetes kandidat mengenai beberapa hal seperti teknikal skill, culture fit, personality, dan lain sebagainya. Ada banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan dengan menerapkan tes ini, salah satunya memudahkan tim rekruter untuk menemukan kandidat manakah yang benar-benar cocok dengan perusahaan.
Namun, meskipun pre-employment test dapat memberikan banyak keuntungan. Seringkali rekruter lupa untuk memperhatikan beberapa hal yang berujung pada kesalahan dan membuat proses rekrutmen tidak berjalan dengan baik. Hal ini tentu tidak ingin Anda rasakan bukan?
Untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan yang mungkin bisa terjadi ketika menerapkan pre-employment test. Dalam artikel ini Algobash telah merangkum beberapa kesalahan yang sering terjadi dan bagaimana cara menghindarinya. Jika Anda penasaran, jangan lupa untuk baca informasi selengkapnya di bawah.
3 kesalahan fatal dalam pre-employment test
1. Memilih tes yang salah
Ketika hendak memberikan sebuah tes kepada kandidat, Anda tidak boleh salah dalam memilih jenis tes apa yang akan diberikan. Hal ini sangatlah penting untuk dilakukan agar perekrutan berjalan dengan efisien dan pengambilan keputusan semakin strategis.
Meskipun jenis tes yang diberikan itu sudah sangat valid, tetap saja hal ini tidak akan ada artinya jika tak berhubungan dengan posisi pekerjaan yang kandidat lamar. Hal ini membuat value kandidat yang Anda ketahui akan sangat bias jika dibandingkan dengan ketika memberikan tes yang sesuai.
Ada banyak sekali hal yang bisa dieksplor mengenai kandidat melalui pre-employment test mulai dari pengetahuan kognitif, teknikal skill, culture fit, kepribadian, dan masih banyak lagi. Untuk mengetahui semua hal tersebut, tentu tidak hanya bisa didapatkan melalui satu tes yang sama. Anda harus memberikan jenis tes berbeda yang benar-benar sesuai untuk mengukurnya.
Contohnya, ketika hendak mengukur kepribadian peserta Anda tidak bisa memberikan tes teknikal skill. Begitupun sebaliknya, Anda tidak bisa memberikan tes kepribadian untuk mengukur teknikal skill yang dimiliki kandidat. Pemberian pre-employment test yang kurang tepat akan akan membuat hasil akhir tidak objektif dan dapat menyebabkan kesalahan penilaian. Lebih parahnya lagi hal ini dapat menyebabkan bad hiring.
Baca juga: Live Coding dan Take Home Test, Mana Yang Lebih Baik?
Untuk mengatasinya, Anda harus benar-benar mengetahui terlebih dahulu mengenai hal-hal apa sajakah yang ingin digali dari kandidat yang bisa dijadikan sebagai dasar acuan dalam perekrutan, setelah itu barulah menentukan pendekatan apa yang akan dilakukan untuk mengukurnya. Ketahuilah karakteristik dan manfaat dari beragam jenis pre-employment test untuk memudahkan pemilihan.
3. Memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi
Memiliki standar tinggi untuk kandidat memang bukanlah hal yang salah, namun berekspektasi terlalu tinggi terhadap pre-employment test dapat memberikan hasil yang tepat tentu sangat keliru. Memang benar, pre-employment test dapat memprediksi beberapa hal mengenai kandidat dan kesesuaiannya dengan pekerjaan. Namun, hal ini tidak serta merta membuat tes ini dapat memberikan sebuah hasil yang akurat.
Tetapi meskipun begitu, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh National Bureau of Economic, pre-employment test adalah salah satu kriteria prediktif rekrutmen yang cukup efektif. Jadi, Anda tetap bisa menggunakan pre-employment test sebagai salah satu pengukuran dasar dalam rekrutmen. Tentunya, dengan tetap mempertimbangkan hal-hal lain seperti interview, prestasi, dan pengalaman untuk melakukan penilaian yang lebih objektif agar tidak berakhir dengan kesalahan perekrutan.
Baca juga: Hindari Bias Pada Rekrutmen Tech Team Anda
3. Menggunakan tools assessment yang tidak tepat
Kesalahan terakhir yang sering terjadi dalam pre-employment test adalah tidak menggunakan tools assessment yang tepat. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada hasil pengukuran tes. Untuk menyiasatinya, Anda harus terlebih dahulu mengetahui seluk beluk tentang tools assessment yang akan digunakan. Pastikan bahwa alat tools assessment tersebut sudah teruji validitas dan realibilitasnya.
Saat ini sudah ada banyak sekali tools assessment yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menguji beberapa kriteria kandidat. Salah satu contohnya adalah tools coding assessment otomatis dari Algobash. Melalui tools ini Anda dapat mengetahui lebih lanjut tentang teknikal skill kandidat dengan pemberian tes yang akurat.
Nah, itulah dia beberapa kesalahan fatal yang sering terjadi ketika menerapkan pre-employment test. Mulai sekarang, cobalah untuk memperhatikan setiap detail hal terkait pelaksanaan pre-employment test agar dapat mencapai objective yang sudah ditetapkan perusahaan saat awal untuk menemukan kandidat terbaik.
Jika Anda tertarik untuk mengetahui informasi menarik lainnya, Anda dapat mengunjungi laman Algobash Insight untuk membaca banyak artikel bermanfaat seputar rekrutmen dan IT.